Jumat, 04 Februari 2011

MISKIN DI NEGERI YANG KAYA RAYA

Kita bangsa Indonesia menduduki satu bagian tanah di muka bumi ini seluas dari Sabang sampai Merauke, yang jarak Sabang-Merauke itu adalah sama dengan jaraknya pantai barat Irlandia sampai ke lautan Kaspia, melintasi seluruh Eropa; atau sama jaraknya dengan jarak pantai barat Amerika sampai ke pantai timur Amerika.
Dan juga bukan satu tanah continent, melainkan satu tanah archipelago denganlaut-lautnya, yang tersebar terserak diantara dua benua dan dua samudera.
Kita hidup di dalam tanah air yang sungguh tiada tandingannya di dunia ini, satu tanah air dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Ini adalah satu blessing dari Tuhan, dan ini satu sumbangan bagi pembangunan kita.
Nah, adalah satu anomali kalau di negeri yang kaya raya ini masih saja banyak penduduknya yang hidup dibawah garis kemiskinan.

CINTA

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? ketika kita menangis? ketika kita membayangkan? itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat . . .
Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa yang dinamakan Cinta.
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan --- tetapi melepaskan bukanlah akhir dari dunia, melainkan suatu awal kehidupan baru; kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti, mereka yang telah dan tengah mencari, dan mereka yang telah mencoba --- karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya, adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata ''aku turut berbahagia untukmu ...''
Apabila cinta tidak bertemu, bebaskan dirimu; biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.
Kau mungkin menyadari bahwa kamu menemukan Cinta dan kehilangannya, tetapi ketika Cinta itu mati, kamu tidak perlu mati bersama Cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan keinginannya, melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh --- entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
Kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada, Cintamu akan tetap di hatinya sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup yang telah kau buat.
Teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ''aku lupa …'', menunggu selamanya ketika kamu berkata ''tunggu sebentar ...'', tetap tinggal ketika kamu berkata ''tinggalkan aku sendiri ...'', membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan belum berkata ''bolehkah saya masuk ...?''
Mencintai juga bukanlah bagaimana kamu melupakan dia bila ia berbuat kesalahan, melainkan bagaimana kamu memaafkan; bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti; bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa; bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.
Kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak pernah menyatakan Cintanya kepadamu, karena takut kau berpaling dan memberi jarak, dan bila suatu saat dia pergi, kau akan menyadari bahwa dia adalah Cinta yang tidak kau sadari.

(Kahlil Gibran)

CARA BERPIKIR YANG SALAH

Janganlah ada diantara kita yang berpikir ''Ah, aku toh cuma satu orang saja, tanpa aku juga pembangunan pasti masih akan berjalan ...'', jangan ! Pembangunan kita ini adalah bersifat nasional, sehingga tiada seorang pun yang tidak tersangkut di dalamnya.

TEORI EVOLUSI MASYARAKAT ITU SALAH

Dalam teori Evolusi Masyarakat, dikatakan bahwa suatu masyarakat dengan sendirinya akan tumbuh dari satu tingkat ke tingkat yang lain secara evolusioner, yang mana cepat atau lambatnya evolusi itu tergantung dengan keadaan. Misalnya suatu masyarakat agraris, ia akan tumbuh dengan sendirinya secara evolusioner menjadi masyarakat industri kecil, kemudian tumbuh lagi menjadi masyarakat industri besar, dan akhirnya tumbuh menjadi masyarakat sosialis. Teori ini tentu salah dan kita hendaknya jangan masuk di dalam golongan orang-orang yang berteori evolusi ini, sebab transisi suatu masyarakat dari satu fase ke fase yang lain adalah membutuhkan mobilisasi tenaga oleh masyarakat itu sendiri, ---- dan inilah disebut dengan Revolusi.
Ingat, Allah SWT berfirman:
''Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (Surah Ar-Ra'd: 11)

Rabu, 02 Februari 2011

SISTEM EKONOMI PASAR-BEBAS

Sekarang ini gelombang sistem ekonomi pasar-bebas didorong masuk ke Indonesia. Banyak diantara kita, karena kelengahan dan karena kagum terhadap kemajuan ekonomi dan teori ekonomi liberal Barat, dengan ketundukan dan tanpa tedeng aling-aling telah ikut menjadi pemuja sistem ekonomi pasar-bebas itu. Sistem ini tidak menghendaki adanya campur tangan dari siapa pun, termasuk campur tangan Pemerintah.

Mekanise pasar-bebas tidak lain dan tidak bukan adalah ''mekanisme pelelangan'' (auction mechanism), dimana yang punya uang dan paling mampu enawar tertinggi akan menjadi pemenang dalam lelang. Kita dapat menyebut sistem ini sebagai sistem ''kedaulatan pasar''. Jadi, mereka yang lengah budaya itulah yang ikut mendorong lahirnya ''kedaulatan pasar'', menobatkan pasar sebagai berdaulat. Pasar yang bermahkota kedaulatan ini dapat menggusur siapa pun serta menguasai apa pun dan siapa pun. Artinya, mereka (para pemuja pasar-bebas) telah lengah bahwa misi kultural kita adalah mengukuhkan ''kedaulatan rakyat'', menobatkan rakyat sebagai berdaulat, dengan segala harkat martabat terhormatnya.

Kedaulatan Rakyat di pasar kita harus kita tegakkan kembali. Sistem ekonomi pasar-bebas jelas bertentangan dengan Sila ke-5 PANCASILA: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pasar-bebas bahkan diskriminatif terhadap yang miskin. Pasar-bebas menutup hak demokrasi ekonomi rakyat, yang miskin tanpa daya beli hanya akan menjadi penonton belaka, akan berada di luar pagar-pagar transaksi ekonomi. Pasar-bebas melahirkan swastanisasi (yang ''privatisasi'', bukan yang ''go-public'') yang melepaskan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak ke tangan kaum kapitalis orang-perorang. Pasar-bebas mencari laba ekonomi, bikan manfaat ekonomi. Pasar-bebas menggeser dan menggusur (disempowering) rakyat ekonomi lemah dari tanah dan usaha-usaha ekonominya. Pasar-bebas memperkukuh ketimpangan struktural, lantas mendorong terbentuknya polarisasi sosial-ekonomi.

GEO-EKONOMIS

Seluruh kepulauan Indonesia membutuhkan diri satu sama lain.
Seluruh kepulauan Indonesia barulah dapat menjadi dasar ekonomis yang kuat bagi industrialisme, jika bergandengan satu sama lain, isi mengisi satu sama lain, bantu membantu satu sama lain.
Jikalau di indonesia akan tubuh industrialisme yang kuat, ----- dan memang garis evolusi masyarakat pasti menuju kesitu, maka Indonesia Ekonomis harus menjadi SATU !

SOSIO-NASIONALISME

Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang berperikemanusiaan. Oleh karena itu, Bung Karno memperkenalkan istilah Sosio-Nasionalisme: Nasionalisme-Masyarakat.
Sosio-Nasionalisme atau Nasionalisme-Masyarakat adalah nasionalisme yang hendak memperbaiki ketimpangan-ketimpangan ekonomi yang hidup di dalam masyarakat.

Selasa, 01 Februari 2011

Sistem GBHN Masih Layak Untuk Dipakai

Dulu kita mengenal yang namanya GBHN atau Garis-garis Besar Haluan Negara.
GBHN adalah suatu Haluan Negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang pada hakikatnya adalah suatu Pola Umum Pembangunan Nasional yang ditetapkan oleh MPR, dengan maksud untuk memberikan arah bagi perjuangan Negara dan Rakyat Indonesia, yang pada tingkat sekarang ini sedang melakukan Pembangunan Nasional dengan tujuan, agar dapat diwujudkan keadaan yang diinginkan dalam waktu lima tahun berikutnya dan dalam jangka panjang, sehingga secara bertahap dapat terwujud cita-cita Bangsa Indonesia, seperti termaktub dalam UUD 1945.
GBHN yang telah ditetapkan oleh MPR harus dilaksanakan oleh Presiden, yang pelaksanaannya dituangkan dalam bentuk Perpu dan/atau dalam garis-garis kebijaksanaan Pemerintah.

Namun, sekarang GBHN sudah ditiadakan dan diganti dengan Visi dan Misi Presiden.

Menurut saya, Visi dan Misi Presiden tidaklah layak untuk dijadikan sebagai Haluan Pembangunan Nasional, sebab ia dirancang oleh Presiden.
Memang, seseorang terpilih sebagai Presiden karena ia mendapat suara dari mayoritas rakyat, yang artinya bisa dikatakan bahwa Visi dan Misi-nya didukung oleh mayoritas rakyat yang memilihnya.
Namun, bagaimana dengan minoritas rakyat yang tidak memilih Presiden tersebut?
Apakah kehendak mereka harus diabaikan?
Jika Visi dan Misi Presiden dijadikan sebagai Haluan Pembangunan Nasional, maka ini artinya Presiden hanya menjadi Pewujud kehendak mayoritas rakyat yang memilihnya saja, bukan seluruh rakyat.
Apalagi mayoritas rakyat yang memilihnya sebagai Presiden itu belumlah tentu semuanya mendukung Visi dan Misi Presiden yang dipilihnya. Bisa jadi ada faktor-faktor lain yang menyebabkan mereka memilihnya sebagai Presiden, seperti: karena ada hubungan daerah atau keluarga, karena segi penampilan, ikut-ikutan, black campaign, dan sebagainya.

Kesimpulan:
Tidaklah semua sistem yang ada pada masa Orde Baru (Orba) adalah buruk.
Saya menilai, sistem GBHN masih layak untuk diterapkan kembali di negara kita, dengan alasan:
1. GBHN dirancang oleh MPR, yang mana lembaga tersebut sudah kita anggap sebagai lembaga penjelmaan Rakyat. 
Artinya GBHN yang disusun dan ditetapkan oleh MPR bisa dikatakan sebagai kehendak seluruh rakyat.
2. Sistem GBHN menjadikan Pembangunan Nasional lebih terarah dan berkelanjutan.
Tidak seperti sistem Visi dan Misi Presiden sekarang ini, yang apabila terjadi pergantian Presiden, maka otomatis pula Presiden yang baru akan menjalankan Visi dan Misi yang telah ia usung.
Tidaklah masalah jika Visi dan Misi presiden yang baru sejalan dengan Visi dan Misi Presiden yang sebelumnya, namun tentunya masing-masing Presiden pasti memiliki konsep tersendiri di dalam membangun Nasional.
3. Di dalam sistem GBHN, ada yang namanya Pertanggung jawaban oleh Presiden di akhir masa jabatannya kepada MPR atas kinerjanya selama memangku jabatan sebagai Presiden.
Ini perlu, sebab sebagai Pengemban Amanat Rakyat, Presiden tentu harus mempertanggung jawabkan kinerjanya kepada rakyat, dalam hal ini MPR sebagai Lembaga Penjelmaan Rakyat.


Namun, tentu ada hal-hal yang perlu diperbaiki lagi dalam sistem GBHN yang dulu pernah kita pakai, seperti misalnya:
Dulu, Presiden mempertanggung jawabkan kinerjanya kepada anggota MPR yang baru, bukan kepada anggota MPR yang nerancang dan menetapkan GBHN untuknya.
Padahal seharusnya Presiden mempertanggung jawabkan kinerjanya kepada anggota MPR yang merancan dan menetapkan GBHN untuknya.


Intinya menurut saya, sistem GBHN masih layak untuk diterapkan kembali, dan ini tidaklah bertentangan dengan sistem Pilpres secara langsung yang ada sekarang ini.
Ingat sendi utama bangsa kita sila ke-4 Pancasila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan/perwakilan”.


(Edwin Agustian: 2005)